Banda Aceh - Dua gadis berpakaian merah lengkap dengan jilbab hitam terlihat lihai memainkan alat musik simbal. Bersama gadis etnis China, dua gadis Aceh ini memainkan alat musik untuk atraksi barongsai. Kedua gadis ini merupakan kru aktif barongsai di Aceh.
Peluh mulai membasahi wajah kedua gadis ini. Meski sengatan mentari membakar kulit, namun tidak menyurutkan semangat keduanya untuk memainkan alat musik.
Penampilan keduanya siang itu menarik perhatian pengunjung. Pasalnya, hanya dua gadis ini yang mengenakan jilbab dari semua pemain alat musik simbal.
Rati Puspasari dan Maisarah Fatmawati nama kedua gadis itu. Kedua gadis berusia 16 tahun ini sudah menjadi bagian dari tim barongsai binaan Yayasan Hakka Aceh sejak 2013 silam. Berawal dari hobi, keduanya akhirnya ikut bergabung dengan tim barongsai Golden Dragon.
"Suka aja ikut memainkan barongsai. Menarik sih," kata Rati, Jumat (31/1/2014).
Gadis yang masih duduk di bangku kelas 2 SMU 11 Banda Aceh ini awalnya tertarik dengan barongsai saat melihat pertunjukan di acara waisak. Pulang dari sana, keduanya akhirnya memilih bergabung menjadi anggota barongsai.
"Kami suka dengan alat musiknya. Kesannya seru dan asyik menjadi pemain barongsai," jelas Maisarah.
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Hakka Banda Aceh Kho Khie Siong, mengatakan, selama ini barongsai sering dikaitkan dengan ritual ibadah. Padahal, pertunjukan itu merupakan seni yang miliki warga China.
Di Aceh, barongsai sering tampil duet dengan tarian yang ada di bumi Serambi Mekkah. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bukti toleransi dan keberagaman budaya di Aceh. Untuk hari ini, HAKKA Banda Aceh menggelar pertunjukan dengan berkolaborasi dengan dua gadis muslim.
"Jadi siapa saja bisa ikut bergabung dengan kita," kata pria yang akrab disapa Aki ini.
Sebelum menggelar kolaborasi dengan dua gadis tersebut, barongsai sudah pernah tampil dengan Seudati, Rapai Geleng dan sejumlah tarian Aceh lainnya. "Kolaborasi ini digelar karena musik tarian Aceh hampir sama dengan barongsai," jelasnya.
Penampilan kolaborasi ini, jelas Aki, membuktikan keberagaman dan toleransi masyarakat Aceh terhadap warga etnis China. HAKKA Banda Aceh juga berkomitmen untuk terus membangun keberagaman dan toleransi dengan masyarakat Aceh.
Menurut Aki, sebelum kedua gadis ini terlibat dalam tim Barongsai Golden Dragon, pihaknya sudah meminta izin kepada orang tua kedua gadis tersebut. Setelah mendapat izin, kedua gadis ini baru dilatih cara bermain alat musik simbal.
"Kedua gadis ini tidak kita suruh main barongsai karena cewek. Tapi kalau memang keduanya mempunyai keinginan, akan kita latih juga," ungkapnya.

0 komentar:

Post a Comment

 
EXTRA KULIKULER SEKOLAH © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top